Thursday, March 11, 2021

Macam-Macam Istighroq

Al Istighroq - Makna Istighroq ngerem-tenggelam, yang dimaksud disini tenggelam di dalam Lautan Tauhid. Tenggelam di dalam Lautan Ke-Esaan Tuhan.

Di dalam Wahidiyah kita mengenal tiga macam Istighroq ; Istighroq Wahidiyah, Istighroq Bi Haqiiqotil Muhammadiyah dan Istighroq Ahadiyyah.

ISTIGHROQ WAHIDIYAH

Istighroq adalah mengeterapkan "Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billah" seperti sudah kita bahas pada tulisan sebelumnya mengenai BILLAH. Harus diterapkan di dalam rasa hati pada segala keadaan, segala tingkah segala gerak-gerik lahir batin !. Mutlak dalam segala hal tanpa ada kecualian!. 



Sholawat kedua di dalam Lembaran Wahidiyah "ALLAHUMMA KAMAA ANTA AHLUL .. dan seterusnya" antara lain berisi doa Istighroq Wahidiyah ini. Yaitu pada kalimah "AN TUGHRIQONAA FII LUJJATI BAHRIL WAHDAH, HATTA LAA NARO ... dan seterusnya.

ISTIGHROQ BIHAQIIQOTI MUHAMMADIYYAH

Istighroq Bihaqiiqoti Muhammadiyyah adalah Sadar dan merasakan asal kejadian segala makhluq. Yaitu "Nuuru Muhammadin" SAW. Juga sudah kita bahas di muka pada bab "AT T A'ALLUQ BIJANAABIHI SAW". Ini juga harus dirasa menyeluruh, mutlak seperti BILLAH ! . Dalam segala makhluq, tanpa pengecualian.

ISTIGHROQ AHADIYYAH

Istighroq Ahadiyyah yaitu seperti yang kita praktekkan pada setiap penga-malan Sholawat Wahidiyah di bagian akhir sebelum membaca doanya Fafirruu IlAllah. Jadi, tenggelam didalam "Ahadiyyati Dzaatillah". Tenggelam di dalam Ke-Esaan Tuhan".

Adapun cara prakteknya, diam lahir batin tidak membaca atau memiridkan apa-apa. Segala konsentrasi fikiran, perhatian, perasaan, penglihatan, pendengaran dan sebagai-nya diarahkan tertuju hanya kepada Allah. Tidak ada acara kepada selain Allah ! Hanya Allah !.

Titik ! Bukan kepada lafal Allah !. Tetapi Allah Tuhan !.

Ada yang menggunakan istilah : "LAA MAUJUUDA ILLALLAH" tiada yang wujud selain Allah. Artinya, karena kuat-nya konsentrasi hanya kepada SATU yakni ALLAH, maka yang lain-lain atau makhluq,. tidak kelihatan. 

Tidak kelihatan oleh pandangan mata hati. Bukan pandangan mata lahir, Yang kelihatan hanya ALLAH. Dirinya sendiripun tidak kelihatan. Sehingga mudahnya dikatakan, selain ALLAH tidak wujud, yang wujud hanya ALLAH. Hal tersebut adalah benar, sesuai dengan firman Allah.

وَلَا تَدْعُ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَۘ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ اِلَّا وَجْهَهٗ لَهُ الْحُكْمُ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ

Artinya kurang lebih : "Dan jangan (pula) engkau sembah tuhan yang lain selain Allah. Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Segala keputusan menjadi wewenang-Nya, dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan."  (28 - Al Qoshosh : 88).

Itulah dasar hukum yang dialami dan harus diusahakan ketika melaksanakan ISTIGHROQ AHADIYYAH.

Dalam istilah bahasa Jawa ada yang menggambarkan sebagai "kami tenggengen kepada Allah". Ingat, gambaran pasti tidak persis seperti apa yang digambarkan. Foto tidak persis seperti yang punya foto. Dalam bahasa Indonesia "kami tenggengen" arti yang agak dekat adalah "terpesona yang sangat mendalam". 

Bahasa Jakarta disebutnya "Bengong". Jadi bengong kepada Allah. Orang yang lagi terpesona kepada sesuatu dengan terpesona yang sangat mendalam, pada saat seperi itu ia tidak melihat apa-apa selain sesuatu yang ia terpesonai itu. 

Dirinya sendiripun sudah  tidak  terlintas  dalam  jangkauan  penglihatan batin atau perasaannya. Baginya pada saat bengong seperti "LAA MAUJUUDA ILLA" sesuatu yang ia bengongi itu. Dapat dime-ngerti bahwa keadaan seperti itu hanya dialami dalam bebe-rapa saat, mungkin dalam beberapa detik, tetapi juga tidak mustahil bisa terjadi dalam tempo lebih lama. Begitulah gambaran kira-kira dari ISTIGHROQ AHADIYYAH. Jadi hanya dialami oleh orang yang bersangkutan. Orang lain selain dia tidak merasakannya.

Ada lagi yang memakai istilah "manunggaling kawulo Ian Gusti" = menyatunya hamba dengan Tuhan. Dalam ilmiah tasawwuf ada yang memakai istilah "itthad" "Ittihad bil-hulu" (kemanunggalan dalam bentuk penjelmaan Tuhan ke dalam diri manusia) dan "ittihad bi wahdatil wujud" (kema¬nunggalan manusia dalam diri Tuhan). 

Akan tetapi kami berpendapat istilah-istilah tersebut sangat tidak tepat, terlalu jauh dari kenyataan yang haqiqi. Sebab di dalam istilah "manunggal" atau istilah "ittihad" masih ada dua unsur ; yaitu kawulo dan Gusti atau manusia/hamba dan Tuhan. Pada hal hakikatnya hanya SATU !. ALLAH !. TUHAN!. Titik.

Pengertian yang lebih tepat dan benar adalah harus diterapkan, dipraktekkan dirasakan !. Baru mengerti apa dan bagaimana itu Istighroq Ahadiyyah. Seperti halnya kita tidak dapat mengutarakan manisnya gula yang persis seperti rasanya. Jika di dalam mulut kita ada gula, itulah manisnya gula. 

Begitu juga Istighroq Ahadiyyah, tidak dapat menguraikan dengan susunan kata, tetapi dapat dime-ngerti dengan dzauqiyyah, dengan rasa. Maka perlu dicoba dipraktekkan. Mari kita praktekkan !. Sebelumnya mari membaca Surat Al Fatihah satu kali !.

AL FAATIHAH  ! ISTIGHROQ i.

Adapun lamanya Istighroq Ahadiyyah ini tidak terten-tu. Ada yang dapat melakukan hanya beberapa detik, ada yang satu menit, dua menit, lima, sepuluh menit dan seterusnya. Bahkan ada yang berjam-jam .

Insya Allah jika terus mengadakan latihan, insya Allah lama-kelamaan  dikaruniai   kemajuan  dan peningkatan Maka beliau Al Mukarrom Romo K. Haji Abdoel Madjid Maroel Muallif Sholawat Wahidiyah sering menganjurkan supaya banyak melakukan latihan Istoghroq Ahadiyyah seperti itu di mana saja ada kesempatan !. 

Jadi tidak hanya ketika Mujahadah Wahidiyah saja. Bakda sholat maktuubah, waktu malam hari dalam situasi yang tenang, waktu sidem kayon,. waktu-waktu istirahat di sawah, di ladang, di atas kendaraan dan sebagainya. Kesan-gunanya besar sekaii bagi: bertambahnya kebagusan di dalam hati. Dan selain itu banyak yang dikaruniai pengalaman-pengalaman sirri, pengalaman-pengamalan batin di dalam Istighroq Ahadiyyah ini.


Istighroq, baik istighroq Wahidiyah, istighroq Bi Haqiiqotil Muhammadiyyah mauupun istighroq Ahadiyyah termasuk ibadah batin yang besar sekaii nilainya. Di dalam kitab Taqiriibul Ushull Fil Auliya halaman 108 disebutkan :

جَلْسَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ حَجَّةٍ (تَقْرِيْبُ اْلاُصُوْل: 108)

Artinya : "Duduk   sesaat   (yakni   dalam   istighroq)   lebih   baik dari pada seribu kali haji."

Ini tidak berarti mengurangi nilai ibadah Haji lalu kita hanya istighroq saja tidak menjalankan haji, tidak melakukan sholat dan sebagainya, sama sekaii tidak begitu ! . Segala bidang harus kita isi sepenuh mungkin ! . Ibadah haji termasuk rukun Islam kelima wajib dijalankan oleh siapa saja yang ada kemampuan!.

Tidak boleh diganti dengan jenis ibadah lainnya !. Lebih-lebih ibadah lahir diganti dengan ibadah batin, sama sekaii tidak dibenarkan. Ibadah lahir harus dijalankan menurut semestinya, disam-ping ibadah batin tidak boleh ditinggalkan !.