Di muka sudah kita bahas bahwa faedah membaca sholawat yang paling besar manfaatnya adalah "Inthibaa`u shuurotihi SAW 'ala golbi musholli" = tercetaknya gambar pribadi (shuuroh) Rosuululloh SAW di dalam hati si pembaca sholawat.
Dengan kata lain selalu terbayang kepada Rosululloh SAW. Dengan demikian terjalin hubungan jiwa yang sangat erat antara si pembaca sholawat dengan Rosululloh SAW. Kita yakin bahwa eratnya hubungan jiwa dengan Rosululloh SAW. merupakan pusaka dan fondasinya iman dan taqwa, dan menjadi patrinya mahabbah kepada Alloh wa Rosuulihi SAW. Dan kita yakin bahwa iman, taqwa, dan mahabbah merupakan bangunan kesefamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan Iahir batin rohani dan jasmani di dunia dan di akhirat.
Maka oleh karena itu hubungan kita sebagai umat terhadap Rosululloh SAW sebagai pemimpin kita, sebagai pembimbing kita, sebagai pembela kita dari kesesatan dan kehancuran perlu dipupuk, ditingkatkan dan disempurnakan yang sebaik-baiknya !. Hubungan yang masih bersifat formalitas ala syari'ah harus ditingkatkan menjadi semacam hubungan molekuler yang lebih kokoh lahir dan batin.
Bukankah Rosululloh SAW sendiri sesuai dengan kepribadian Beliau yang "ROHMATAN LIL `AALAMIIN" dan "BIL MUKMINIINA ROUUFUR ROHIM" telah meletakkan dan meratakan "Lem perekat" hubungan terhadap, sekalian para umat.
Firman Alloh SWT didalam AI Qur an telah memberitahukan hal itu kepada kita antara lain:
"Sungguh telah datang kepadamu sekalian seorang Rosul dari kalangan kamu sekalian yang sangat berat memprihatinkan penderitaan kamu sekalian, yang menginghnkan keimnan dan keselamatan bagi kamu sekalian dan amat belas kasih sayang kepada orang-orang mukmin".
Begitu mendalam keakraban hubungan batin Rosululloh SAW. terhadap para umat sampai Beliau SAW memanggilnya sebagai "Ikhwan" sebagai "kawan", sebagai "saudara" dengan sabda-NYA: "Betapa rindu-Ku kepada saudara-saudara-Ku yaitu mereka yang datang sesudah-Ku" (Insan Kamil II hal. 88).
Jadi kita para umat, seharusnya hanya tinggal menempelkan dan melekatkan hubungan jiwa dengan Rosululloh SAW yang "Lem Perekatnya" sudah ada dan sudah diratakan oleh Rosululloh SAW. sendiri. Mari kita renungkan hal ini dan kita adakan koreksi diri bagaimana hubungan kita sefama ini terhadap Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad Rosululloh SAW. Pemimpin kita, Pembimbing kita, dan Pembela kita yang sangat menyayangi kita!.
AL FAATIHAH !
YAA SYAAFI'AL KHOLQIS SHOLAATU WASSALAAM
YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ........
Adapun cara-cara mengadakan dan memperbaiki hubungan yang akrab kepada Rosululloh SAW. Atau yang disebut "TA`ALLUQ BI JANAABIHI SAW" ada dua jalan. Yaitu seperti
diterangkan di dalam kitab Sa'aadafud Dairoini
fis-Sholaati 'Ala Sayyidil Kaunaini SAW, karangan Syekh Yusuf bin Ismail an
Nabhani : TA'ALLUQ SHUURIY dan TA'ALLUQ
MAKNAWIY.
TA'ALLUQ SHUURIY atau hubungan secara formal
dapat ditempuh melalui dua jalan
(1) Menjalankan
segala apa yang diperintahkan dan menjauhi atau meninggalkan segala apa yang
dilarang oleh Rosululloh SAW. Jadi menjalankan syari'ah Islam secara komplit
lahir dan batin dengan tepat dan sempurna di dalam segala hubungan. Baik didalam
hubungan kepada Alloh wa Rosulihi SAW, maupun di dalam hubungan dengan
masyarakat, terhadap keluarga, terhadap tetangga, terhadap bangsa dan
negaranya, terhadap sesama umat manusia segala bangsa terhadap agamanya bahkan
terhadap sesama makhluq pada umumnya.
(2) Fanak
atau lebur di dalam lautan mahabbah atau cinta kepada Kanjeng Nabi Besar
Muhammad SAW, antara lain dengan memperbanyak membaca sholawat, memperbanyak
dan mengangan-angan penuh rindu atau syauq kepada Rosululloh SAW. Memperbanyak
membaca atau mendengarkan uraian-uraian atau hikayah-hikayah yang mengandung
pujian dan sanjungan terhadap kebesaran dan kemulyaan Rosululloh SAW. Sehingga
tumbuh rasa mahabbah dan rindu yang mendalam. Juga dengan berangan-angan dan
berfikir tentang jasa-jasa dan pengorbanan serta perjuangan Rosululloh SAW di
dalam membela umat.
TA'ALLUQ MAKNAWIY atau secara hubungan maknawi
juga dapat ditempuh melalui dua jalan
(1) Melatih
hati membayangkan atau ISTIHDLOR kepada pribadi Beliau SAW yang mulia dan agung
itu dengan sepenuh ta'dhim mahabbah atau kagum. Ini bagi mereka yang sudah
pernah bertemu Rosululloh SAW, dalam mimpi atau dalam keadaan jaga (tidak
tidur) atau yaqodhotan. Bagi yang belum pernah bisa membayangkan sifat-sifat
dan budi pekerti Beliau SAW, yang luhur itu. Bagi yang sudah pernah ziarah ke
Makkah dan Madinah dapat membayangkan Kabah, membayangkan maqom Rosululloh SAW,
membayangkan masjid atau tempat-tempat lain yang bersejarah yang dipergunakan
oleh Beliau SAW di dalam memperjuangkan agama Islam dan di dalam memberikan
tuntunan dan bimbingan kepada para sahabat Rodhiyalloohu ta'ala anhum. Semua
itu harus kita lakukan dengan beradab ta'dhim dan tawadhu'.