A. DASAR HUKUM MEMBACA SHOLAWAT
Dasar hukum mengamalkan atau membaca
sholawat kepada Rasulullah SAW adalah firman Allah SWT dalam surat Al Ahzab
ayat 56
“ Sesungguhnya Allah dan para malaikatNya membaca sholawat kepada
Nabi (SAW) , wahai orang-orang yang beriman bacalah sholawat dan sampaikan
salam sebaik-baiknya kepadanya “
Sholawat dari Allah SWT kepada Rasulullah SAW berupa penambahan rahmat dan kemulyaan ( rahmat takdim) , sedangkan kepadan selainnya Rasulullah SAW berupa rahmat dan maghfiroh ( kasih sayang dan ampunan )
Adapun sholawatnya para malaikat kepada Rasulullah SAW berupa permohonan rahmat dan kemulyaan kepada Allah SWT bagi beliau Rasulullah SAW, dan yang kepada selain Rasulullah SAW berupa permohonan rahmat dan maghfiroh.
Mengenai kedudukan hukumnya membaca sholawat, ada beberapa pendapat dari para ulama, ada yang mengatakan wajib bil ijmal, ada yang mengatakan wajib satu kali seumur hidup dan ada yang berpendapat sunnah muakkad. Akan tetapi membaca sholawat pada tahiyat akhir dari sholat hukumnya wajib karena sudah menjadi rukun daripada sholat.
Bagi para pengamal Shalawat Wahidiyah dan pada umumnya kaum mukminin dan muslimin, disamping memperhatikan pendapat para ulama diatas, juga penting lagi adalah menyadari bahwa membaca sholawat kepada nabi SAW adalah kewajiban moral dan keharusan budi nurani tiap-tiap manusia, dikarenakan , pertama kita diperintah membaca shalawat seperti pada ayat tsb diatas , kedua, kita semua berhutang budi kepada Rasulullah SAW yang tidak terhitung banyak dan besarnya, dhohiron wa batinan syar’an wa haqiqotan. Junjungan kita Nabi Muhammad SAW sendiri tidak berkepentingan kepada bacaan sholawat para ummatnya. Faedah membaca shalawat kembali kepada yang membacanya, juga keluarganya, masyarakatnya dan bahkan mahluk-mahluk lain ikut merasakan manfaat dan barokah bacaan sholawat. Manfaat dan barokah yang luas sekali, baik untuk kepentingan dunia maupun akhirat, manfaat lahir maupun batin, manfaat materiil maupun spirituil. Adanya perintah membaca sholawat , manfaatnya kembali kepada ummat, untuk mengangkat derajat para ummat, untuk meningkatkan iman, takwa dan mahabbah para ummat kepada Allah SWT wa Rasulihi SAW.
B. FAEDAH
DAN MANFAAT MEMBACA SHALAWAT
Ada banyak sekali hadis Rasulullah SAW menerangkan fadilah
keutamaan dan manfaat membaca shalawat, juga banyak hadis yang memberi
peringatan bahkan kecaman terhadap mereka yang lengah kurang perhatian terhadap
pembacaan shalawat.
“ Barang siapa membaca shalawat kepadaku satu kali, maka Allah membalas shalawat kepadanya sepuluh kali, dan barang siapa membaca shalawat kepadaku sepuluh kali maka Allah membalas shalawat kepadanya seratus kali dan barang siapa membaca shalawat kepadaku seratus kali, maka Allah menulis pada diantara kedua matanya “ bebas dari munafik dan bebas dari neraka” dan Allah menempatkannya besok pada hari kiamat bersama-sama para syuhada” ( HR Thobroni dari Anas Bin Malik )
Betapa besarnya keuntungan yang dapat diperoleh dengan membaca shalawat kepada NSAW, satu kali dibalas sepuluh kali, sepuluh kali dibalaas seratus kali, seratus kali dicatat dan dijamin bebas dari munafik dan bebas dari neraka, disamping digolongkan dengan para syuhada. Bahkan lebih dari itu, shalawat dari Allah SWT bagi para hambaNya, jauh lebih berharga, tidak dapat dibandingkan dengan bacaan sholawat para hambaNya
Yakin akan kebenaran hadis diatas, maka kita sebagai orang mukmin seharusnya konsekwen menjadikan shalawat kepada NSAW sebagai “resep obat penyakit munafik” yang bersarang di dalam hati kita masing-masing, bagi kita dan keluarga kita, bahkan bagi kita dan bagi umat masyarakat.
Bersabda RASULULLAH SAW,
“ Ya benar, telah datang kepadaku seorang pendatang darI Tuhanku ,
yang kemudian berkata : Barang siapa diantara umatmu membaca shalawat kepadamu
satu shalawat, maka Allah menuliskan baginya sepuluh kebaikan , dan menghapus
sepuluh keburukan serta mengangkat derajatnya sepuluh tingkatan dan Allah
membalas shalawat kepadanya sepadan dengan shalawat yang ia baca ( HR Imam
Ahmad )
Dengan hadis tsb diatas seharusnya perhatian kita lebih mantab terhadap membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, disitu disebutkan sebagai amal kebagusan, penghapus keburukan dan sebagai pengangkat derajat si pembaca sholawat, derajat di sisi dan menurut pandangan Allah SWT
Bersabda RASULULLAH SAW,
“ Sesungguhnya yang paling utama manusia di sisiku kelak pada hari
kiamat adalah mereka yang paling banyak membaca sholawat kepadaku “ ( HR
Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud)
Setiap umat Muhammad SAW tentu ingin dirinya berada dekat dengan
Rasulullah SAW lebih-lebih besok pada yaumul qiyamah. Namun adakah kita sudah
konsekwen dengan keinginan tsb ? Artinya apa usaha kita agas supaya berada
dekat dengan Rasulullah SAW? Marilah kita perhatikan hadis dibawah ini
“ Yang paling banyak diantara kamu sekalian membaca shalawat
kepadaku, dialah yang paling dekat denganku besok dihari kiamat “ ( dari kitab
Saadatud Daaroni , hal 58 )
Sekalipun hadis tsb menggunakan kalam khobar, akan tetapi tekanannya adalah kalam imsyak yang memberi jaminan atau garansi
Bersabda Rasulullah SAW :
“ Bacalah kamu sekalian shalawat kepadaku, maka sesungguhnya bacaan
shalawat kepadaku itu menjadi penebus dan pembersih bagi kamu sekalian, dan
barangsiapa membaca shalawat kepadaku satu kali, Allah memberi shalawat
kepadanya sepuluh kali” ( HR Ibnu Abi’ashim dari Anas Bin Malik )
Dari hadis tsb dapat ditarik kesimpulan bahwa membaca shalawat kepada Nabi SAW, juga berfungsi sebagai istighfar dan jaminan maghfiroh dari Allah SWT
“ Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku, maka sesungguhnya bacaan
shalawat kamu sekalian itu merupakan maghfiroh atas dosa-dosa kamu sekalian,
dan carilah wasilah kepadaku “ ( HR Ibnu Asakir dari Hasan Bin Ali RA )
“Shalawat kamu sekalian kepadaku merupakan pengawal bagi doa kamu
sekalian dan memperoleh keridhoan Tuhanmu, dan merupakan pembersih amal-amal
kamu sekalian” ( HR Dailami dari Sayidina Ali KW )
“Barangsiapa membaca shalawat kepadaku tiap hari seratus kali, maka
Allah mendatangkan baginya seratus macam hajat kebutuhannya, yang 70 macam
untuk kepentingannya di akhirat, dan yang 30 macam untuk kepentingannya di
dunia “ ( HR Ibnuh Mundih dari Jabir RA )
Sudah barang tentu kita tidak boleh menyalah gunakan hadis tsb dengan menganggap cukup memperbanyak membaca shalawat saja dan tidak usaha atau ihtiar dalam hal-hal yang kita diwajibkan usaha atau ihtiar. Hal ini sama sekali tidak boleh. Suul adab dan beriktikad buruk kepada Allah wa Rasulihi SAW.
Kita diwajibkan usaha dan bekerja melaksanakan bidang-bidang yang menjadi tugas dan kewajiban kita setepat mungkin dan sesempurna-sesempurnanya. Istilah dalam wahidiyah adalah harus YUKTI KULLADZI HAQQIN HAQQOH ( memberikan hak setiap yang mempunyai hak )
C. KECAMAN
TERHADAP ORANG YANG TIDAK MAU MEMBACA SHOLAWAT
Rasulullah SAW bersabda
“ Barangsiapa mendengar aku disebut didekatnya dan tidak membaca
shalawat kepadaku , maka dia itulah sebakhil-bakhilnya manusia “ ( HR Ibnu Abi
A’shim dari Abu Dzarrin Al Ghifari )
Maka dari itu setiap kita mendengar nama Nabi Muhammad SAW atau
Rasulullah SAW atau sebutan lain yang maksudnya adalah Nabi SAW, kita supaya
selalu membaca shalawat. Begitu juga seharusnya ketika kita membaca atau
menulis nama Nabi SAW.
Pada umumnya shalawat yang kita baca pada saat seperti itu adalah shalawat yang
pendek atau singkat , misalnya ALLAHUMMA SOLLI WA SALLIM ALAIH , atau
SOLLOLLAHU ALA SAYYIDINA MUHAMMAD atau SOLLOLAAHU ALAIHI WASALLIM
Dengan memperbanyak membaca YA SAYYIDI YA RASULALLAH alhamdulillah
bertambah banyak ingat kepada Rasulullah SAW dan dengan demikian makin
bertambah banyak pula ingat kita kepada Allah SWT. Ingat kepada utusan, spontan
membawa ingat kepada yang mengutus.
Barang siapa mendengar aku disebut didekatnya dan tidak membaca
sholawat kepadaku , maka dia bukan dari golonganku dan akupun bukan dari golongan
dia . Kemudian Rasulullah SAW melanjutkan sabdanya ( dalam bentuk doa ) “ Ya
Allah pertemukanlah orang yang suka berhubungan dengan aku dan putuskanlah
hubungan orang yang tidak mau berhubungan dengan aku ( HR Anas Bin Malik )
Marilah hadis-hadis tsb diatas kita jadikan untuk mengoreksi
pribadi kita masing-masing sampai berapa dekat hubungan kita dengan Rasulullah
SAW
“ Barang siapa bershalawat ( menuliskan shalawat ) kepadaku didalam
sebuah kitab, maka para malaikat tiada henti-hentinya memohonkan ampunan
baginya selama namaku masih berada didalam kitab tersebut” ( HR Tobroni dari
Abu Hurairah )
“ Dan tiada Aku mengutus engkau ( Muhammad SAW ) melainkan sebagai rahmat kasih sayang bagi seluruh alam “ ( QS 21 Al Anbiya , ayat 107)
D. MEMBACA
SHALAWAT PADA HARI JUMAT
Betapa indah dan bahagianya kita sebagai umat bahwa shalawat yang
kita tujukan kepada RASULULLAH SAW diterima langsung oleh beliau RASULULLAH SAW.
Kita bayangkan seandainya kita menyampaikan sesuatu hadiah atau penghormatan
kepada presiden misalnya, hadiah itu langsung diterima oleh tangan presiden
sendiri, bukankah ini sesuatu penghormatan dan kegembiraan dan suatu
kenang-kenagan yang mengesankan?. Itu baru kepada presiden suatu negara di
dunia. Padahal kepada junjungan kita nabi beasar muhammad SAW adalah presiden
jagad, pemimpin di dunia dan pemimpin serta pembela di akhirat!. Seharusnya
jauh lebih gembira, jauh lebih terkesan, jauh lebih terpesona kemudian lebih
berterimkasih dan lebih bersyukur.
“Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku pada tiap hari jum’at maka
sesumgguhnya bacaan sholawat ummatku pada tiap hari jum’at itu diperlihatkan
kepadaku “(diriwayatkan oleh baihaqidenagan sanad hasan dari abu umaah).
Ukuran banyak sedikitnya bacaan shalawat itu para ulama ahli shalawat
berbeda-beda pendapat. Ada yang menyebut bilangan 100, ada yang 313, ada yang
1.000 dan seterusnya, hadratul mukarrom mualif shalawat wahidiah menganjurkan
apabila memperbanyak membaca shalawat supaya
memilih bilangan ganjil 7, 11, 41, 100, 313, 1000, 5000, 11000 dan
seterusnya.
“Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku tiap-tiap hari jum’at, maka
tidak seorang pun yang membaca shalawat kepada-KU pada hari jum’at melainkan
diperlihatkan kepadaku shalawat yang ia baca “ (diriwayatkan oleh al-hakim dan
lainnya dari ibnu mas’ud).
Bersabda Rasulullah SAW
“ Ketika kamu sekalian membaca shalawat kepadaku , maka bagusilah bacaan
shalawat itu, sesungguhnya kamu sekalian tidak mengerti sekiranya hal tsb
diperlihatkan kepadaku” ( HR Dailami dari Ibu Masud – Irsyadul ‘Ibad halaman 62
)
Hadratul mukarram KH Abdul Madjid Makrouf QS wa RA menganjurkan
agar supaya menerapkan ISTIDLOR didalam kita membaca shalawat, shalawat apa
saja. ISTIDLOR artinya merasa benar –benar dihadapan Rasulullah SAW . Ini
termasuk adab membaca shalawat disamping niat ihlas LILLAH , seperti sudah
diterangkan di muka. Dengan ISTIDLOR seperti itu dengan sendirinya hati kita
dapat lebih tawadhu, tidak berani berkutik kesana-kemari dan akan lebih
tertanam rasa cinta yang lebih mendalam kepada Rasulullah SAW.
“ Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku, maka sesungguhnya Allah
SWT menugaskan malaikat bagiku, bertugas dikuburku. Maka apabila seseorang dari
ummatku membaca shalawat kepadaku, malaikat tadi berkata kepadaku “ Ya
Muhammad, sesungguhnya fulan bin fulan membaca shalawat kepadamu” ( Dikeluarkan
oleh Dailami dari Abu Bakar Siddiq dan oleh Annamiri dari Hammad Alkuffi )
Jadi nama-nama orang yang membaca shalawat dan nama-nama orang
tuanya yang dilaporkan kepada Rasulullah SAW , mari ini kita reungkan betapa
barokahnya membaca shalawat.
Bersabda Rasulullah SAW
“ Sesungguhnya Allah SWT memiliki malaikat-malaikat yang bertebaran
di angkasa, yang tugasnya menyampaikan kepadaku , salam dari umatkku “ ( HR
Imam Ahmad dari Ibnu Masud dan Al Hakim )
Bersabda Rosululloh SAW
"Sesungguhnya Alloh memiliki malaikat-.malaikat yang bertebaran di angkasa yang tugasnya menyampaikan kepada-ku salam dari umat-Ku" (Hadits riwayat lmam Ahmad dari Ibnu Mas'ud. Dan al Hakim berkata sanadnya shohih).
Bersabda Rosufulloh SAW
"Sesungguhnya Alloh memiliki
malaikat-malaikat yang bertebaran di
bumi yang tugasnya menyampaikan kepada-Ku sholawat orang dari umat-Ku yang membaca sholawat
kepada-Ku" (Dikeluarkan oleh Daroquthni dari Sayyidina `Aii Karromalloohu
Wajhah).
Setelah kita mengetahui sedikit tentang faedah dan manfaatnya membaca sholawat, dan mengerti kedudukan Beliau SAW di sisi Alloh SWT serta fungsi dan peranan Beliaui SAW bagi para umat, maka adalah menjadi kewajiban kita unitik hrhih meningkatkan adab-adab kita terhadap Beliau Rosululloh SAW terutama adab batin kita !. Dan lebih-lebih ketika membaca sholawat.
Masalah adab kepada Rosululloh SAW adalah hal yang sangat penting sekali untuk diperhatikan. Sekurang-kurangnya adab batin harus kita jaga !. Dengan melestarikan membaca "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH" kapan dan dimana saja ada kesempatan, dibaca lisan atau dalam batin melihat situasi, besar sekali menfaatnya bagi meningkatkan adab batin kita terhadap Rosululloh SAW, disamping manfaat-manfaat lain yang banyak sekali. Mari kita terapkan untuk diri kita masing-masing dan keluarga kita !. Bahkan oleh Hadhrotul Mukarrom Mbah KH. Abdul Madjid Makruf QS wa RA Mu'allif Sholawat Wahidiyah kita dianjurkan agar supaya disampaikan juga pada orang lain, kepada masyarakat luas, disamping diamalkan sendiri !. Membaca sholawat dan salam kepada Rosululloh SAW, setiap keluar masuk rumah juga dianjurkan dengan kalimat :
AS-SHOLAATU WAS SALAAMU ALAIKA WA ALAA AALIKA YAA
SAYYIDII YAA ROSULALLOH.
Banyak
pandangan-pandangan dan pendapat para ulama' mengenai sholawat. Ada yang
diangkat dari go'idah-qo idah agama dan ada pula yang berdasar atas keyakinan
dan pengalaman dzauqiyyah dan dari hasil-hasil mukasyatah. Antara lain seperti
dibawah ini :
(1) "Jalan
(tarekat) yang paling dekat untuk menuju kepada Alloh pada akhir zaman
khususnya bagi orang-orang yang berlarut-larut banyak dosa, adalah memperbanyak
istighfar dan membaca sholawat kepada Nabi SAW" (Dari kitab Sa'adatud
Daaroini).
(2) "Sesungguhnya
membaca sholawat kepada Nabi SAW itu (dapat) menerangi hati dan mewushulkan
tanpa Guru kepada Alloh Dzat Yang Maha Mengetahui segala perkara ghoib"'
(kitab Sa'adatud Daaroini hal. : 36).
(3) "Secara
keseluruhan, membaca sholawat kepada Nabi SAW ltu (dapat) mewushulkan kepada
Alloh tanpa Guru. Knicn,i sesungguhnya Guru dan sanad di dalam sholawat itu
adalnh shohibus-sholawat (pemiliki sholawat, yakni Rosululloh SAW), oleh karena
sholawat itu diperlihatkan kepada Beliau SAW dan Alloh membalas (memberi)
sholawat kepada si pembaca sholawat.
Berbeda dengan lainnya sholawat dari
bermacam-macan) dzikir. Maka tidak boleh tidak di dalam bermacam-macam dzikir
itu (harus) ada guru (mursyid) yang Arif Billah. Kalau tidak, maka setan akan
masuk ke dalam amalan dzikir itu dan orang yang dzikir tidak dapat memperoleh
manfa'at dari pada dzikirnya" (kitab Sa'adatud Daaroini hal. : 90).
Di dalam kitab Taqriibul Ushul Fii Tashiilil Wushul Fii Ma'rifati Robbi War-Rosul SAW
karangan Syekh Zaini Dahlan diterangkan antara lain :
(4) "Dan sesungguhnya para ulama' sudah
sependapat bahwa sesungguhnya bermacam-macam amal itu ada yang diterima dan ada
yang ditolak, terkecuali sholawat kepada Nabi SAW itu "Magbuulatun
Qoth'an" (pasti terima)" (Taqriibul Ushul hal. : 57).
Demikian pendapat (qoul) yang paling shoheh.
Dalam hubungan ini al-Mukarrom Mbah Kiyai Mu'allif Sholawat Wahidiyah QS wa RA
menambahkan lebih lanjut, jadi jika sholawatnya diterima, otomatis nama si
pembaca sholawat dan nama orang tuanya diperkenalkan kepada Kanjeng Nabi SAW.
(lihat hadits no. 19 di hal. 36 di muka). Otomatis Kanjeng Nabi
mensyafa'atinya, dan Alloh SWT memberi sholawat (rahmat dan maghfiroh)
kepadanya, dan para malaikat ikut memohonkan rahmat dan ampunan bagi si pembaca
sholawat.
"Bahwa membaca sholawat merupakan ibadah sunnah yang paling
gampang yang diberi berbagai macam kebaikan yang tidak diperoleh pada
ibadah-ibadah sunnah selain membaca sholawat seperti dzikir, membaca Quran,
sholat sunnah, dan ibadah-ibadah sunnah lainnya. Kebaikannya antara lain yaitu
sekali membaca sholawat, spontan disyafa'ati oleh Rosululloh SAW. Disamping
mendapat pahalanya membaca sholawat itu sendiri. Lebih-lebih jika membacanya
dengan sungguh-sungguh ikhlas dan disertai adab-adab lahir batin
sebaik-baiknya".
"ASYHADU
AN LAA ILAAHA ILLALLOH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR
ROSUULULLOH SAW".
Membaca sholawat dikatakan merupakan ibadah
sunnah yang paling gampang, sebab disitu tidak ada syarat-syarat harus begini
harus begitu, berbeda dengan ibadah-ibadah sunnah yang lain Seperti dzikir
misalnya, syaratnya dzikir antara lain hati harus benar-benar hudhur dan di
dalam menuju wushul sadar kepada Alloh, dzikir harus ada guru mursyid yang
menuntunnya. Jika kita, seperti diterangkan dimuka "Dakholahas Syaiton
Falaa Yantafi'u Biha Shohibuha" - tergoda oleh setan dan orang yang dzikir
tidak memperoleh manfaat daripada dzikirnya. Membaca Qur'an juga harus begitu.
Harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Kalau tidak, salah-salah
malah bisa dikecam oleh alQur'an itu sendiri sebagaimana disebutkan
"Banyak orang membaca Qur'an. Dan
al-Qur'an melaknali pembacanya" (Dikatakan oleh Anas bin Malik).
Hal tersebut disebabkan antara lain karena
kurang tepat bacaan dan adab-adabnya. Kurang tepat tajwid dan makhrojnya
Apabila tepat segala-galanya dan lebih-lebih sambil menghayati maknanya, maka
membaca al-Qur'an adalah "Afdholul Ibaadah" paling utamanya ibadah
sunnah, sebagaimana sabda hadits :
Keterangan dan uraian tersebut diatas kita
tidak boleh salah mengartikan, tidak boleh kita salah gunakan. Kita tidak boleh
lalu meremehkan ibadah-ibadah sunnah selain membaca sholawat !. Sama sekali
tidak boleh !. Keterangan tersebut dimuka malah harus justru mendorong kita
untuk Iebih berhati-hati didalam nienjalankan ibadah-ibadah kepada Alloh SWT,
baik ibadahibadah sunnah dan lebih-lebih ibadah yang wajib seperti sholat Iima waktu,
puasa dan lain-lain. lbadah sunnah seperti membaca Qur'an, membaca dzikir,
tahlil, tasbih, sholawat, sholat sunnah dan lain-lain harus kita jalankan
dengan adab-adab lahir batin yang sebaik-baiknya disamping memenuhi syarat
rukunnya. Membaca al-Qur'an misalnya, cara duduk dan menghadapnya, dalam
keadaan suci dan sebagainya. Itu adab lahir. Sedangkan adab batin antara lain
harus dengan niat ibadah kepada Alloh SWT dengan ikhlas tanpa pamrih, LILLAH
didalam istilah Wahidiyah, hatinya harus hudhur dan menyadari bahwa yang dibaca
adalah kalam Alloh yang diwahyukan kepada Rosululloh SAW. Dan bagi yang
mungkin, sambil mengangan-angan atau menghayati maknanya. Bagi yang belum dapat
memenuhi adabadab seperti diatas harus ada usaha untuk belajar !.
Inilah antara lain yang menjadi tugas
pendidikan kanak-kanak muslim sejak mulai tamyiz sampai menginjak dewasa, dan
seterusnya.
Kembali tentang faedah membaca sholawat. Dari
keterangan - keterangan diatas dapat kita simpulkan bahwa, membaca sholawat
boleh dikatakan merupakan "Jembatan Emas” yang menyeberangkan manusia
kepada pantai perbaikan, peningkatan dan penyempurnaan ibadah kepada Alloh SWT.
Sholawat boleh diiharatkan sebagai “Kendaraan Angkasa" yang membawa
pembacanya kepada tingkat iman dan taqwa yang lebih tinggi, dan memperbaiki
serta menyempurnakan akhlaaqul kariimah atau pekerti luhur.
Maka oleh karena itu membaca sholawat kepada
Kanjeng Nabi SAW termasuk sarana batiniah yang penting didalam mewujudkan
masyarakat toto tentrem, adil makmur, bahagia lahir batin didunia dan diakhirat
yang diridhoi Alloh SWT, oleh karena dengan meningkatkan iman dan taqwa maka
akan muncul berbagai macam barokah yang memberi manfaat yang luas kepada semua
makhluq. Sebagaimana firman Alloh SWT dalam surat al-A'rof ayat : 96
(6)
Didalam kitab Saadatud Daroini Fis Sholaati Ala Sayyidil Kaunaini SAW
diterangkan bahwa diantara faedah sholawat yang besar adalah terbayangnya hati
si pembaca kepada Rosululloh SAW.
"Sebagian dari faedah membaca
sholawat yang paling agung adalah tercetaknya shuroh (gambar pribadi)
Rosuululloh SAW didalam hati si pembaca sholawat" (Sa'adaatud Daaroini :
506).
Dalam bahasa Jawa “tansah keton-ketonen”
Kanjeng Nabi SAW = hati selalu terbayang kepada Kanjeng Nabi SAW. AIhamdulillah
diantara para pengamal Wahidiyah banyak yang memperoleh pengalaman seperti itu.
Hubungan dengan hal tersebut, didalam Wahidiyah
sering diserukan supaya melatih hati dengan ISTIHDLOR, yakni "merasa berada
dihadapan Rosululloh SAW", baik ketika membaca sholawat, maupun di luar
membaca sholawat. Atau merasa seolah-olah seperti mengikuti Rosululloh SAW
dimanapun kita berada. Dengan terus-menerus membaca "YAA SAYYIDII YAA
ROSUULALLOH”, alhamdulillah dikarunia dapat febih mudah mengetrapkan istihdhor
seperti itu.
Orang yang hatinya senantiasa istihdhor seperti
itu dengan sendirinya tidak berani melakukan soal-soal atau perbuatan yang
dilarang oleh agama. Tidak berani melanggar larangan-larangan Alloh dan Rosul-NYA
SAW. Tidak berani melakukan perbuatanperbuatan yang merugikan, baik merugikan
diri sendiri lebih-lebih merugikan orang lain. Senantiasa berhati-hati didalam
segala hal dan tingkah laku. Takut kalau-kalau tidak diridhoi Alloh wa
Rosuulihi SAW. Dengan kondisi batiniyah seperti itu ia akan selalu mendapat
Pancaran Nur ke-Nabi-an atau Nuur Nubuwwatihi SAW. Makin kuat dan makin
mendalam istildhor-nya, makin banyak bertambah-tambah pula pancaran Nur
ke-Nabi-an menyinari hatinya dan menembus kepada budi pekerti melahirkan
akhlaqul karimah yang sempurna. Otomatis kondisi batiniyah seperti itu
menjadikan orang yang bersangkutan senantiasa ber-takholluq (berbudi pekerti)
seperti budi pekerti Alloh wa Rosuulihi SAW.
Semoga Alloh menjadikan kita dan mereka termasuk
golongan orang-orang seperti diatas !. Amiin !.
Hidup dan kehidupan orang yang seperti diatas
sudah barang tentu akan memberi manfaat kepada dirinya sendiri dan keluarganya,
membuahkan bagi orang lain, bagi masyarakat, bangsa dan negaranya, bahkan bagi
makhluq – makhluq pada umumnya.
“Berkata Imam Syadzali rodhiyallooh `anhu : "aku melihat Rosululloh SAW. kemudian
aku bertanya : Yaa Rosuulalloh, apakah haggiigotul mulaaba'ah (hakikat
mengikuti) itu, Rosululloh me-njawab : "Ru'yatul matbu' inda kulli syai-in
wa ma'a kulli syaiin wa fii kulli syai-in" = melihat yang diikuti berada
disamping segala sesuatu, bersama segala sesuatu dan didalam segala sesuatu
yang dimaksud". (Dan yang dimaksud adalah ruyah syuhud melihat secara
pandangan batin).
Maka jika benar-benar haqqul yakin mengikuti
Rosululloh SAW. seharusnya bisa melihat Beliau SAW. dimana saia dan kapan saja.
Istilah yang lebih ringan "terbayang" atau “ingat".
Orang yang mengikuti apabila tidak bisa melihat
kepada yang diikuti besar kemungkinan mengalami kebingungan bahkan bisa
tersesat jalan terpisah dari yang diikuti tidak merasa. Mari kita koreksi diri
kita masing-masing selama ini yang mengaku pengikut Rosululloh SAW atau sebagai
umat Muhammad SAW. Jangan-jangan telah tersesat tidak merasa. Na'uudzu billah min dzaalik !. lbarat sholat
berjama'ah, kita para umat adalah makmum, dan Rosululloh SAW. imamnya. Apabila
makmum tidak mengikuti gerakan imam menjadi batal makmumnya. Batalnya makmum di
dalam sholat bisa diqodho' pada kesempatan lain. Akan tetapi batalnya makmum
kepada Rosululloh SAW bisa membawa akibat fatal, menjadi batal Iman Islam kita
!. Nau'uudzu Billah. Oleh karena itu, mari kita senantiasa koreksi diri
bagaimana hubungan bathin kita terhadap Rosululloh SAW'.
AL FAATIHAH
YAA SYAAFI’ AL KHOLQISH SHOLAATU
WASSALAAM
YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH
AL FAATI HAH !
Syekh Abul Abbas al-Mursyi mengatakan
sebagaimana dimuat di dalam kitab Tagriihul Ushul hal. 55 dan kitab Sa'aadatud
Daaroini hal. 440 sebagai berikut :
Demikian tebal dan kuatnya iman seseorang yang
hatinya senantiasa dipancari oleh "Nur Cahaya Kebenaran" atau
"Nuuru Nubuwwatihi SAW". Tidak tanggung-tanggung mengoreksi dirinya
sendiri. Berani menghukum dirinya dengan jujur.
Sesungguhnya "Nuuru Nubuwwatihi SAW itu
tiada putus-putusnya senantiasa menyinari kalbu kaum mukminin dan muslimin
terus-menerus. Akan tetapi hanya hati yang bersih, bening dan dilingkari oleh
iman yang membaja saja yang bisa melihat dan menyadari terhadap pancaran
"Nuuru Nubuwwatihi SAW" yang menyinari kedalam dirinya. Sedangkan
hati yang masih kotor. yakni hati yang masih tertutup tebal oleh belenggunya
aghyaar (sesuatu selain Alloh), hati yang masih dikotori cleh kabut pedutnya
nafsu, hati yang dibelenggu oleh rantai imperialis ananiyah, sekalipun masih
ada iman sedikitsedikit akan tetapi tidak dikaruniai “bashiiroh” atau
penglihatan batin sehingga tidak menyadari bahwa dirinya adalah hanya sebagai
hamba Alloh. sebagai ABDULLOH yang tidak memiliki kemampuan apa-apa. bahwa
dirinya adalah sebagai umat Rosululioh SAW, yang senantiasa menerima jasa dan
oleh karena itu seharusnya senantiasa sadar dan ingat kepada Rosululloh SAW.
Jadi hati manusia itu ibaratnya seperti kaca
cermin (kaca penoilon). Jika kotor tertutup oleh debu tidak bisa dipakai
bercermin sebab tidak bisa memantulkan cahaya yang menyinarinya. Baru bisa
dipakai bercermin apabila digosok, dibersihkan debu-debu dan kotoran yang
menempel. Begitu juga hati manusia apabila kotor, tidak jernih, tidak bisa memantulkan
cahaya kebenaran yang memancar kedalam dirinya. Maka dari itu usaha
menjernihkan hati harus dilakukan secara terus-menerus. Tidak cukup hanya satu
kali. Operasi mental merupakan proses yang harus berkesinambungan, agar supaya
hati tetap dalam keadaan jernih dan bersih dari kotoran-kotoran dosa yang dapat
terjadi sewaktu-waktu.
Satu-satunya obat pembersih hati yang paling mujarab, paling paten adalah seperti yang disebutkan didalam al-Qur'an yaitu "DZIKRULLOH ingat dan sadar kepada Alloh SWT. Dzikrulloh bukan hanya diucapkan dengan lisan, yang pokok adalah dzikrul qolbi atau ingatnya hati kepada Alloh SWT. Sekalipun lisan terusmenerus mengucapkan Alloh-Alloh, akan tetapi jika hatinya tidak hudhur, tidak bersih hati, melainkan bahkan bisa menjadi makin kotor karena merasa berkemampuan yang umumnya tidak disadari orang sebagai dosa. Padahal justru merupakan dosa besar bahkan dosa paling besar; sebab disitu lalu timbul coup atau pemberontakan terhadap kekuasaan Alloh SWT, mempersekutukan Alloh SWT secara samar-samar yang disebut "SYIRIK KHOFI". Mempersekutukan Alloh SWT dengan dirinya, dengan merasa bahwa dirinya ada dan mempunyai kemampuan. Lupa dan tidak sadar segala sesuatu itu adalah ciptaan dan digerakkan oleh Alloh SWT.
Fungsi dan hikmah sholat adalah dzikrulloh sebagaimana Firman Alloh SWT :
“Sesungguhnya AKU ini adalah Alloh, tidak ada Tuhan selain AKU, maka sembahlah AKU dan dirikanlah sholat untuk mengingat AKU” (20 - Thoha : 14).
Jika hikmah tersebut bisa diperoleh oleh orang yang menjalankan sholat, maka otomatis hatinya menjadi bersih, tenang dan tentram.
- Memperbanyak berdepe-depe taqorrub
mendekatkan diri, bertaubat mohon ampunan kepada Alloh SWT.
-
Memperbanyak membaca sholawat kepada Nabi
SAW.
-
Memperbanyak tasyafu'an, memohon syafa'at
kepada Rosululloh SAW.
- Memohon bantuan (moril), memohon do'a
restu, memohon barokah, karomah, nadhroh Ghoutsu Hadzaz Zaman dan para Auliya'
kekasih Alloh SWT Rodhiyalloohu Ta'ala Anhum, agar beliau-beliau berkenan
membantu permohonan kita kepada Alloh SWT.