Tuesday, February 16, 2021

DASAR HUKUM MEMBACA SHOLAWAT

 A.   DASAR HUKUM MEMBACA SHOLAWAT

Dasar hukum mengamalkan atau membaca sholawat kepada Rasulullah SAW adalah firman Allah SWT dalam surat Al Ahzab ayat 56

 اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰٓٮِٕكَتَهٗ يُصَلُّوۡنَ عَلَى النَّبِىِّ ؕ يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا صَلُّوۡا عَلَيۡهِ وَسَلِّمُوۡا تَسۡلِيۡمًا‏

“ Sesungguhnya Allah dan para malaikatNya membaca sholawat kepada Nabi (SAW) , wahai orang-orang yang beriman bacalah sholawat dan sampaikan salam sebaik-baiknya kepadanya “

Sholawat dari Allah SWT kepada Rasulullah SAW berupa penambahan rahmat dan kemulyaan ( rahmat takdim) , sedangkan kepadan selainnya Rasulullah SAW berupa rahmat dan maghfiroh ( kasih sayang dan ampunan )

Adapun sholawatnya para malaikat kepada Rasulullah SAW berupa permohonan rahmat dan kemulyaan kepada Allah SWT bagi beliau Rasulullah SAW, dan yang kepada selain Rasulullah SAW berupa permohonan rahmat dan maghfiroh.

Mengenai kedudukan hukumnya membaca sholawat, ada beberapa pendapat dari para ulama, ada yang mengatakan wajib bil ijmal, ada yang mengatakan wajib satu kali seumur hidup dan ada yang berpendapat sunnah muakkad. Akan tetapi membaca sholawat pada tahiyat akhir dari sholat hukumnya wajib karena sudah menjadi rukun daripada sholat.

Bagi para pengamal Shalawat Wahidiyah dan pada umumnya kaum mukminin dan muslimin, disamping memperhatikan pendapat para ulama diatas, juga penting lagi adalah menyadari bahwa membaca sholawat kepada nabi SAW adalah kewajiban moral dan keharusan budi nurani tiap-tiap manusia, dikarenakan , pertama kita diperintah membaca shalawat seperti pada ayat tsb diatas , kedua, kita semua berhutang budi kepada Rasulullah SAW yang tidak terhitung banyak dan besarnya, dhohiron wa batinan syar’an wa haqiqotan. Junjungan kita Nabi Muhammad SAW sendiri tidak berkepentingan kepada bacaan sholawat para ummatnya. Faedah membaca shalawat kembali kepada yang membacanya, juga keluarganya, masyarakatnya dan bahkan mahluk-mahluk lain ikut merasakan manfaat dan barokah bacaan sholawat. Manfaat dan barokah yang luas sekali, baik untuk kepentingan dunia maupun akhirat, manfaat lahir maupun batin, manfaat materiil maupun spirituil. Adanya perintah membaca sholawat , manfaatnya kembali kepada ummat, untuk mengangkat derajat para ummat, untuk meningkatkan iman, takwa dan mahabbah para ummat kepada Allah SWT wa Rasulihi SAW.

 

B.   FAEDAH DAN MANFAAT MEMBACA SHALAWAT

Ada banyak sekali hadis Rasulullah SAW menerangkan fadilah keutamaan dan manfaat membaca shalawat, juga banyak hadis yang memberi peringatan bahkan kecaman terhadap mereka yang lengah kurang perhatian terhadap pembacaan shalawat.

“ Barang siapa membaca shalawat kepadaku satu kali, maka Allah membalas shalawat kepadanya sepuluh kali, dan barang siapa membaca shalawat kepadaku sepuluh kali maka Allah membalas shalawat kepadanya seratus kali dan barang siapa membaca shalawat kepadaku seratus kali, maka Allah menulis pada diantara kedua matanya “ bebas dari munafik dan bebas dari neraka” dan Allah menempatkannya besok pada hari kiamat bersama-sama para syuhada” ( HR Thobroni dari Anas Bin Malik )

Betapa besarnya keuntungan yang dapat diperoleh dengan membaca shalawat kepada NSAW, satu kali dibalas sepuluh kali, sepuluh kali dibalaas seratus kali, seratus kali dicatat dan dijamin bebas dari munafik dan bebas dari neraka, disamping digolongkan dengan para syuhada. Bahkan lebih dari itu, shalawat dari Allah SWT bagi para hambaNya, jauh lebih berharga, tidak dapat dibandingkan dengan bacaan sholawat para hambaNya

Yakin akan kebenaran hadis diatas, maka kita sebagai orang mukmin seharusnya konsekwen menjadikan shalawat kepada NSAW sebagai “resep obat penyakit munafik” yang bersarang di dalam hati kita masing-masing, bagi kita dan keluarga kita, bahkan bagi kita dan bagi umat masyarakat.

Bersabda RASULULLAH SAW,

“ Ya benar, telah datang kepadaku seorang pendatang darI Tuhanku , yang kemudian berkata : Barang siapa diantara umatmu membaca shalawat kepadamu satu shalawat, maka Allah menuliskan baginya sepuluh kebaikan , dan menghapus sepuluh keburukan serta mengangkat derajatnya sepuluh tingkatan dan Allah membalas shalawat kepadanya sepadan dengan shalawat yang ia baca ( HR Imam Ahmad )

Dengan hadis tsb diatas seharusnya perhatian kita lebih mantab terhadap membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, disitu disebutkan sebagai amal kebagusan, penghapus keburukan dan sebagai pengangkat derajat si pembaca sholawat, derajat di sisi dan menurut pandangan Allah SWT

Bersabda RASULULLAH SAW,

“ Sesungguhnya yang paling utama manusia di sisiku kelak pada hari kiamat adalah mereka yang paling banyak membaca sholawat kepadaku “ ( HR Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud)

Setiap umat Muhammad SAW tentu ingin dirinya berada dekat dengan Rasulullah SAW lebih-lebih besok pada yaumul qiyamah. Namun adakah kita sudah konsekwen dengan keinginan tsb ? Artinya apa usaha kita agas supaya berada dekat dengan Rasulullah SAW? Marilah kita perhatikan hadis dibawah ini

“ Yang paling banyak diantara kamu sekalian membaca shalawat kepadaku, dialah yang paling dekat denganku besok dihari kiamat “ ( dari kitab Saadatud Daaroni , hal 58 )

Sekalipun hadis tsb menggunakan kalam khobar, akan tetapi tekanannya adalah kalam imsyak yang memberi jaminan atau garansi

Bersabda Rasulullah SAW :

“ Bacalah kamu sekalian shalawat kepadaku, maka sesungguhnya bacaan shalawat kepadaku itu menjadi penebus dan pembersih bagi kamu sekalian, dan barangsiapa membaca shalawat kepadaku satu kali, Allah memberi shalawat kepadanya sepuluh kali” ( HR Ibnu Abi’ashim dari Anas Bin Malik )

Dari hadis tsb dapat ditarik kesimpulan bahwa membaca shalawat kepada Nabi SAW, juga berfungsi sebagai istighfar dan jaminan maghfiroh dari Allah SWT

“ Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku, maka sesungguhnya bacaan shalawat kamu sekalian itu merupakan maghfiroh atas dosa-dosa kamu sekalian, dan carilah wasilah kepadaku “ ( HR Ibnu Asakir dari Hasan Bin Ali RA )

 Bersabda RASULULLAH SAW :

“Shalawat kamu sekalian kepadaku merupakan pengawal bagi doa kamu sekalian dan memperoleh keridhoan Tuhanmu, dan merupakan pembersih amal-amal kamu sekalian” ( HR Dailami dari Sayidina Ali KW )

 “ Doa segala macamnya itu terhijab ( terhalang / tertutup ) sehingga permulaan berupa pujian kepada Allah Azza Wajalla dan shalawat kepada Nabi SAW kemudian berdua , maka doa itu diijabahi ( HR Imam Nasai )

 Dari hadis tsb jelas bahwa shalawat kepada Nabi SAW merupakan kunci pembuka pintu hijabnya doa hamba kepada Allah dan menjadi jaminan terkabulnya suatu doa.

“Barangsiapa membaca shalawat kepadaku tiap hari seratus kali, maka Allah mendatangkan baginya seratus macam hajat kebutuhannya, yang 70 macam untuk kepentingannya di akhirat, dan yang 30 macam untuk kepentingannya di dunia “ ( HR Ibnuh Mundih dari Jabir RA )

Sudah barang tentu kita tidak boleh menyalah gunakan hadis tsb dengan menganggap cukup memperbanyak membaca shalawat saja dan tidak usaha atau ihtiar dalam hal-hal yang kita diwajibkan usaha atau ihtiar. Hal ini sama sekali tidak boleh.  Suul adab dan beriktikad buruk kepada Allah wa Rasulihi SAW. 

Kita diwajibkan usaha dan bekerja melaksanakan bidang-bidang yang menjadi tugas dan kewajiban kita setepat mungkin dan sesempurna-sesempurnanya. Istilah dalam wahidiyah adalah harus YUKTI KULLADZI HAQQIN HAQQOH ( memberikan hak setiap yang mempunyai hak )

 Atas dasar hadist tsb itulah antara lain didalam pengamalan Shalawat Wahidiyah 40 harian ada bagian shalawat yang harus dibaca 100 kali yaitu shalawat yang pertama “ Allahumma ya wahidu ya ahad ....” , dengan demikian tidak perlu diragukan bahwa banyak persoalan , problema hidup dan bermacam-macam hajat/kepentingan dikaruniai jalan keluar setelah mengamalkan shalawat wahidiyah selama 40 hari , alhamdulillah.

 “ Barang siapa membaca shalawat kepadaku tiap hari seribu kali, dia tidak akan mati sehingga dia melihat tempatnya di surga “ ( HR Anas Bin Malik )

 Juga kita tidak boleh menyalahgunakan hadis tsb ini, akan tetapi kita harus yakin kebenaran hadis tsb dan seharusnya berusaha merealisir keyakinan kita itu demi meningkatkan iman dan takwa serta mahabbah kita kepada Allah wa Rasulihi SAW

 

C.   KECAMAN TERHADAP ORANG YANG TIDAK MAU MEMBACA SHOLAWAT

Rasulullah SAW bersabda

“ Barangsiapa mendengar aku disebut didekatnya dan tidak membaca shalawat kepadaku , maka dia itulah sebakhil-bakhilnya manusia “ ( HR Ibnu Abi A’shim dari Abu Dzarrin Al Ghifari )

 “ Tidak akan bisa melihat wajahku tiga macam manusia, satu , orang yang durhaka kepada orang tuanya, dua, orang yang meninggalkan sunnahku , dan ketiga orang yang tidak membaca sholawat kepadaku ketika mendengar aku disebut didekatnya “ ( Hadis marfu’ dari Aisyah RA )

Maka dari itu setiap kita mendengar nama Nabi Muhammad SAW atau Rasulullah SAW atau sebutan lain yang maksudnya adalah Nabi SAW, kita supaya selalu membaca shalawat. Begitu juga seharusnya ketika kita membaca atau menulis nama Nabi SAW.

Pada umumnya shalawat yang kita baca pada saat seperti itu adalah shalawat yang pendek atau singkat , misalnya ALLAHUMMA SOLLI WA SALLIM ALAIH , atau SOLLOLLAHU ALA SAYYIDINA MUHAMMAD atau SOLLOLAAHU ALAIHI WASALLIM

 Almukarrom Mbah KH Abdoel Madjid Ma’roef QS wa RA muallif shalawat wahidiyah senantiasa menganjurkan memperbanyak membaca YA SAYYIDI YA RASULALLAH dimanapun kita berada. Dibaca lisan ataupun secara sirri dalam batin, melihat situasi dan kondisi

 

Dengan memperbanyak membaca YA SAYYIDI YA RASULALLAH alhamdulillah bertambah banyak ingat kepada Rasulullah SAW dan dengan demikian makin bertambah banyak pula ingat kita kepada Allah SWT. Ingat kepada utusan, spontan membawa ingat kepada yang mengutus.

 Bersabda Rasulullah SAW :

Barang siapa mendengar aku disebut didekatnya dan tidak membaca sholawat kepadaku , maka dia bukan dari golonganku dan akupun bukan dari golongan dia . Kemudian Rasulullah SAW melanjutkan sabdanya ( dalam bentuk doa ) “ Ya Allah pertemukanlah orang yang suka berhubungan dengan aku dan putuskanlah hubungan orang yang tidak mau berhubungan dengan aku ( HR Anas Bin Malik )

Marilah hadis-hadis tsb diatas kita jadikan untuk mengoreksi pribadi kita masing-masing sampai berapa dekat hubungan kita dengan Rasulullah SAW

“ Barang siapa bershalawat ( menuliskan shalawat ) kepadaku didalam sebuah kitab, maka para malaikat tiada henti-hentinya memohonkan ampunan baginya selama namaku masih berada didalam kitab tersebut” ( HR Tobroni dari Abu Hurairah )

 “ Hiasilah ruangan tempat pertemuanmu dengan bacaan shalawat kepadaku, maka sesungguhnya bacaan shalawat kamu sekalian kepadaku itu menjadi nur di hari kiamat “ ( HR Dailami dari Ibnu Umar )

 Demikian hadis-hadis dan masih banyak lagi lainnya yang menerangkan fadhilah , manfaat dan kebaikan membaca shalawat, yang segala manfaat itu kembali kepada dan dirasakan oleh sipembaca shalawat, berguna bagi keluarganya, bagi tetangganya , bagi masyarakat bangsa dan negaranya, bahkan bagi mahluk pada umumnya. Manfaat dalam urusan agama, dalamkepentingan dunia dan kepentingan di akhrat. Manfaat lahiriyah dan batiniyah. Yang demikian itu harus kita sadari betapa agungnya fadhol dan rahmat kasih sayang Allah SWT kepada kita manusia hambaNya yang dilewatkan junjungan kita Rasulullah SAW. Rahmat bagi seluruh umat manusia bahkan rahmat bagi seluruh alam 

“ Dan tiada Aku mengutus engkau ( Muhammad SAW ) melainkan sebagai rahmat kasih sayang bagi seluruh alam “ ( QS 21 Al Anbiya , ayat 107)

 Betapa luhur dan agungnya derajat dan kemulyaan Rasulullah SAW di sisi Allah SWT. Pribadi satu-satunya di dunia yang memegang hak wewenang syafaat pertolongan baik di dunia lebih lebih di akhirat kelak. 


D.   MEMBACA SHALAWAT PADA HARI JUMAT

 Membaca shalawat pada pada hari Jumat, siang maupun malamnya shalawat itu langsung diterima oleh RASULULLAH SAW sendiri

Betapa indah dan bahagianya kita sebagai umat bahwa shalawat yang kita tujukan kepada RASULULLAH SAW diterima langsung oleh beliau RASULULLAH SAW. Kita bayangkan seandainya kita menyampaikan sesuatu hadiah atau penghormatan kepada presiden misalnya, hadiah itu langsung diterima oleh tangan presiden sendiri, bukankah ini sesuatu penghormatan dan kegembiraan dan suatu kenang-kenagan yang mengesankan?. Itu baru kepada presiden suatu negara di dunia. Padahal kepada junjungan kita nabi beasar muhammad SAW adalah presiden jagad, pemimpin di dunia dan pemimpin serta pembela di akhirat!. Seharusnya jauh lebih gembira, jauh lebih terkesan, jauh lebih terpesona kemudian lebih berterimkasih dan lebih bersyukur.

 Mari kita koreksi diri kita masing-masing, bagaimana adab kita terutama adab batin kita ketika membaca shalawat, lebih-lebih pada hari jumat sudahkah kita menyesuaikan diri seperti benar-benar dihadapan rasulullah SAW ketiaka membaca shalawat? Ataukah malah sebaliknya hanya asal baca dan hanya ingat kepada rasulullah SAW, padahal shalawat kita yang baca itu diterima oleh rasulullah SAW?.

 Bersabda rasulullah SAW:

“Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku pada tiap hari jum’at maka sesumgguhnya bacaan sholawat ummatku pada tiap hari jum’at itu diperlihatkan kepadaku “(diriwayatkan oleh baihaqidenagan sanad hasan dari abu umaah).

Ukuran banyak sedikitnya bacaan shalawat itu para ulama ahli shalawat berbeda-beda pendapat. Ada yang menyebut bilangan 100, ada yang 313, ada yang 1.000 dan seterusnya, hadratul mukarrom mualif shalawat wahidiah menganjurkan apabila memperbanyak membaca shalawat supaya  memilih bilangan ganjil 7, 11, 41, 100, 313, 1000, 5000, 11000 dan seterusnya.

 Bersabda rasulullah SAW:

“Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku tiap-tiap hari jum’at, maka tidak seorang pun yang membaca shalawat kepada-KU pada hari jum’at melainkan diperlihatkan kepadaku shalawat yang ia baca “ (diriwayatkan oleh al-hakim dan lainnya dari ibnu mas’ud).

 Adapun membaca shalawat dihari hari selain hari Jumat, shalawat tsb disampaikan kepada Rasulullah SAW oleh malaikat yg bertugas khusus untuk itu . Akan tetapi bila membacanya dgn penuh adab, sungguh-sungguh takdim ( menghormati ) , mahabbah ( cinta ) dan dzauq ( rindu yang mendalam ) , sekalipun diluar hari Jumat, shalawat tsb diterima secara langsung oleh Rasulullah SAW.  Disinilah perlunya kita terus beradab yang sebaik-baiknya sewaktu membaca shalawat. Adab kepada Allah SWT dan adab kepada Rasulullah SAW.


Bersabda Rasulullah SAW

“ Ketika kamu sekalian membaca shalawat kepadaku , maka bagusilah bacaan shalawat itu, sesungguhnya kamu sekalian tidak mengerti sekiranya hal tsb diperlihatkan kepadaku” ( HR Dailami dari Ibu Masud – Irsyadul ‘Ibad halaman 62 )

Hadratul mukarram KH Abdul Madjid Makrouf QS wa RA menganjurkan agar supaya menerapkan ISTIDLOR didalam kita membaca shalawat, shalawat apa saja. ISTIDLOR artinya merasa benar –benar dihadapan Rasulullah SAW . Ini termasuk adab membaca shalawat disamping niat ihlas LILLAH , seperti sudah diterangkan di muka. Dengan ISTIDLOR seperti itu dengan sendirinya hati kita dapat lebih tawadhu, tidak berani berkutik kesana-kemari dan akan lebih tertanam rasa cinta yang lebih mendalam kepada Rasulullah SAW.

 Bersabda Rasulullah SAW

“ Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku, maka sesungguhnya Allah SWT menugaskan malaikat bagiku, bertugas dikuburku. Maka apabila seseorang dari ummatku membaca shalawat kepadaku, malaikat tadi berkata kepadaku “ Ya Muhammad, sesungguhnya fulan bin fulan membaca shalawat kepadamu” ( Dikeluarkan oleh Dailami dari Abu Bakar Siddiq dan oleh Annamiri dari Hammad Alkuffi )

Jadi nama-nama orang yang membaca shalawat dan nama-nama orang tuanya yang dilaporkan kepada Rasulullah SAW , mari ini kita reungkan betapa barokahnya membaca shalawat.

Bersabda Rasulullah SAW

“ Sesungguhnya Allah SWT memiliki malaikat-malaikat yang bertebaran di angkasa, yang tugasnya menyampaikan kepadaku , salam dari umatkku “ ( HR Imam Ahmad dari Ibnu Masud dan Al Hakim )

Bersabda Rosululloh SAW

"Sesungguhnya Alloh memiliki malaikat-.malaikat yang bertebaran di angkasa yang tugasnya menyampaikan kepada-ku salam dari umat-Ku" (Hadits riwayat lmam Ahmad dari Ibnu Mas'ud. Dan al Hakim berkata sanadnya shohih).

Bersabda Rosufulloh SAW

"Sesungguhnya Alloh memiliki malaikat-malaikat yang bertebaran  di bumi yang tugasnya menyampaikan kepada-Ku sholawat orang    dari umat-Ku yang membaca sholawat kepada-Ku" (Dikeluarkan oleh Daroquthni dari Sayyidina `Aii Karromalloohu Wajhah).

Setelah kita mengetahui sedikit tentang faedah dan manfaatnya membaca sholawat, dan mengerti kedudukan Beliau SAW di sisi Alloh SWT serta fungsi dan peranan Beliaui SAW bagi para umat, maka adalah menjadi kewajiban kita unitik hrhih meningkatkan adab-adab kita terhadap Beliau Rosululloh SAW terutama adab batin kita !. Dan lebih-lebih ketika membaca sholawat.

 Di dalam Wahidiyah senantiasa diserukan agar supaya setiap kita membaca sholawat, sholawat apa saja, khususnya sholawat Wahidiyah, supaya dengan adab lahir dan adab batin sebaikbaiknya. Antara lain yaitu niatnya harus betul-betul ikhlas beribadah kepada Alloh - LILLAH, tanpa pamrih suatu apapun, baik pamrih perkara akhirat, lebih-lebih pamrih perkara dunia. Selanjutnya ta'dhim dan mahabbah dan "istidhor" merasa seolaholah seperti benar-benar berada dihadapan Rosululloh SAW !.

Masalah adab kepada Rosululloh SAW adalah hal yang sangat penting sekali untuk diperhatikan. Sekurang-kurangnya adab batin harus kita jaga !. Dengan melestarikan membaca "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH" kapan dan dimana saja ada kesempatan, dibaca lisan atau dalam batin melihat situasi, besar sekali menfaatnya bagi meningkatkan adab batin kita terhadap Rosululloh SAW, disamping manfaat-manfaat lain yang banyak sekali. Mari kita terapkan untuk diri kita masing-masing dan keluarga kita !. Bahkan oleh Hadhrotul Mukarrom Mbah KH. Abdul Madjid Makruf QS wa RA Mu'allif Sholawat Wahidiyah kita dianjurkan agar supaya disampaikan juga pada orang lain, kepada masyarakat luas, disamping diamalkan sendiri !. Membaca sholawat dan salam kepada Rosululloh SAW, setiap keluar masuk rumah juga dianjurkan dengan kalimat :

AS-SHOLAATU WAS SALAAMU ALAIKA WA ALAA AALIKA YAA SAYYIDII YAA ROSULALLOH.

 E.      AQWAALUL ULAMA' MENGENAI SHOLAWAT

  Banyak pandangan-pandangan dan pendapat para ulama' mengenai sholawat. Ada yang diangkat dari go'idah-qo idah agama dan ada pula yang berdasar atas keyakinan dan pengalaman dzauqiyyah dan dari hasil-hasil mukasyatah. Antara lain seperti dibawah ini :

(1)   "Jalan (tarekat) yang paling dekat untuk menuju kepada Alloh pada akhir zaman khususnya bagi orang-orang yang berlarut-larut banyak dosa, adalah memperbanyak istighfar dan membaca sholawat kepada Nabi SAW" (Dari kitab Sa'adatud Daaroini).

 

(2)   "Sesungguhnya membaca sholawat kepada Nabi SAW itu (dapat) menerangi hati dan mewushulkan tanpa Guru kepada Alloh Dzat Yang Maha Mengetahui segala perkara ghoib"' (kitab Sa'adatud Daaroini hal. : 36).

 

(3)   "Secara keseluruhan, membaca sholawat kepada Nabi SAW ltu (dapat) mewushulkan kepada Alloh tanpa Guru. Knicn,i sesungguhnya Guru dan sanad di dalam sholawat itu adalnh shohibus-sholawat (pemiliki sholawat, yakni Rosululloh SAW), oleh karena sholawat itu diperlihatkan kepada Beliau SAW dan Alloh membalas (memberi) sholawat kepada si pembaca sholawat.

       

Berbeda dengan lainnya sholawat dari bermacam-macan) dzikir. Maka tidak boleh tidak di dalam bermacam-macam dzikir itu (harus) ada guru (mursyid) yang Arif Billah. Kalau tidak, maka setan akan masuk ke dalam amalan dzikir itu dan orang yang dzikir tidak dapat memperoleh manfa'at dari pada dzikirnya" (kitab Sa'adatud Daaroini hal. : 90).

 

Di dalam kitab Taqriibul Ushul Fii Tashiilil Wushul Fii Ma'rifati Robbi War-Rosul SAW karangan Syekh Zaini Dahlan diterangkan antara lain :

 

(4) "Dan sesungguhnya para ulama' sudah sependapat bahwa sesungguhnya bermacam-macam amal itu ada yang diterima dan ada yang ditolak, terkecuali sholawat kepada Nabi SAW itu "Magbuulatun Qoth'an" (pasti terima)" (Taqriibul Ushul hal. : 57).

 Pasti diterima artinya, sekalipun membacanya kurang hudhur, kurang khusyu'. Bahkan sekalipun membaca dengan ujub, riya', takabur, sholawatnya tetap diterima. Adapun ujub, riya' dan takaburnya itu ada perhitungan sendiri. Artinya tidak menyebabkan ditolaknya sholawat. Berlainan dengan amalan-amalan selain sholawat. Disana ada ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi. Kalau tidak dipenuhi, amat tersebut tidak diterima uleh Alloh SWT. Suatu amal (selain membaca sholawat) apabila dilaksanakan dengan riya', ujub, takabur, amal itu tidak diterima. Bahkan disamping tidak diterima, kelak di akhirat dirupakan siksa untuk menyiksa orang yang beramal.

Demikian pendapat (qoul) yang paling shoheh. Dalam hubungan ini al-Mukarrom Mbah Kiyai Mu'allif Sholawat Wahidiyah QS wa RA menambahkan lebih lanjut, jadi jika sholawatnya diterima, otomatis nama si pembaca sholawat dan nama orang tuanya diperkenalkan kepada Kanjeng Nabi SAW. (lihat hadits no. 19 di hal. 36 di muka). Otomatis Kanjeng Nabi mensyafa'atinya, dan Alloh SWT memberi sholawat (rahmat dan maghfiroh) kepadanya, dan para malaikat ikut memohonkan rahmat dan ampunan bagi si pembaca sholawat.

 (5)     Al Mukarrom as-Syekh al `Arif Billah al-Haj Mbah K.H. Abdoel    Madjid Ma'roef Mu'allif Sholawat Wahidiyah QS wa RA menerangkan di dalam suatu kesempatan memberikan fatwa           amanatnya, antara lain

"Bahwa membaca sholawat merupakan ibadah sunnah yang paling gampang yang diberi berbagai macam kebaikan yang tidak diperoleh pada ibadah-ibadah sunnah selain membaca sholawat seperti dzikir, membaca Quran, sholat sunnah, dan ibadah-ibadah sunnah lainnya. Kebaikannya antara lain yaitu sekali membaca sholawat, spontan disyafa'ati oleh Rosululloh SAW. Disamping mendapat pahalanya membaca sholawat itu sendiri. Lebih-lebih jika membacanya dengan sungguh-sungguh ikhlas dan disertai adab-adab lahir batin sebaik-baiknya".

 Setengah daripada kebaikan membaca sholawat lagi yaitu disamping ingat kepada Kanjeng Nabi SAW sekaligus menjadi ingat kepada Alloh SWT. Ingat kepada utusan tentu ingat kepada yang mengutus (yakni Alloh SWT). Dengan kata lain membaca sholawat sudah mengandung dzikir kepada Alloh SAW. Berarti, membaca sholawat sudah mencakup isi dan makna dua kalimat syahadah

  "ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLOH WA ASYHADU ANNA   MUHAMMADAR ROSUULULLOH SAW".

 Sedangkan dzikir kepada Alloh SWT belum tentu ingat kepadl-i Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Dan lagi, diantara manfaat membaca sholawat yaitu bahwa sholawat sudah mengandung istighfar, permohonan ampunan kepada Alloh Ta'ala dan mengandung do'a "Ligodhoi Hajat" dan lain-lain (lihat hadits dimuka).

Membaca sholawat dikatakan merupakan ibadah sunnah yang paling gampang, sebab disitu tidak ada syarat-syarat harus begini harus begitu, berbeda dengan ibadah-ibadah sunnah yang lain Seperti dzikir misalnya, syaratnya dzikir antara lain hati harus benar-benar hudhur dan di dalam menuju wushul sadar kepada Alloh, dzikir harus ada guru mursyid yang menuntunnya. Jika kita, seperti diterangkan dimuka "Dakholahas Syaiton Falaa Yantafi'u Biha Shohibuha" - tergoda oleh setan dan orang yang dzikir tidak memperoleh manfaat daripada dzikirnya. Membaca Qur'an juga harus begitu. Harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Kalau tidak, salah-salah malah bisa dikecam oleh alQur'an itu sendiri sebagaimana disebutkan

"Banyak orang membaca Qur'an. Dan al-Qur'an melaknali pembacanya" (Dikatakan oleh Anas bin Malik).

Hal tersebut disebabkan antara lain karena kurang tepat bacaan dan adab-adabnya. Kurang tepat tajwid dan makhrojnya Apabila tepat segala-galanya dan lebih-lebih sambil menghayati maknanya, maka membaca al-Qur'an adalah "Afdholul Ibaadah" paling utamanya ibadah sunnah, sebagaimana sabda hadits :

 Paling utamanya ibadah umat-Ku adalah tilawatil (membaca dengan menghayati) Qur"an' (Diriwayatkan oleh Baihaqi dari Nu'man bin Basyir).

Keterangan dan uraian tersebut diatas kita tidak boleh salah mengartikan, tidak boleh kita salah gunakan. Kita tidak boleh lalu meremehkan ibadah-ibadah sunnah selain membaca sholawat !. Sama sekali tidak boleh !. Keterangan tersebut dimuka malah harus justru mendorong kita untuk Iebih berhati-hati didalam nienjalankan ibadah-ibadah kepada Alloh SWT, baik ibadahibadah sunnah dan lebih-lebih ibadah yang wajib seperti sholat Iima waktu, puasa dan lain-lain. lbadah sunnah seperti membaca Qur'an, membaca dzikir, tahlil, tasbih, sholawat, sholat sunnah dan lain-lain harus kita jalankan dengan adab-adab lahir batin yang sebaik-baiknya disamping memenuhi syarat rukunnya. Membaca al-Qur'an misalnya, cara duduk dan menghadapnya, dalam keadaan suci dan sebagainya. Itu adab lahir. Sedangkan adab batin antara lain harus dengan niat ibadah kepada Alloh SWT dengan ikhlas tanpa pamrih, LILLAH didalam istilah Wahidiyah, hatinya harus hudhur dan menyadari bahwa yang dibaca adalah kalam Alloh yang diwahyukan kepada Rosululloh SAW. Dan bagi yang mungkin, sambil mengangan-angan atau menghayati maknanya. Bagi yang belum dapat memenuhi adabadab seperti diatas harus ada usaha untuk belajar !.

Inilah antara lain yang menjadi tugas pendidikan kanak-kanak muslim sejak mulai tamyiz sampai menginjak dewasa, dan seterusnya.

Kembali tentang faedah membaca sholawat. Dari keterangan - keterangan diatas dapat kita simpulkan bahwa, membaca sholawat boleh dikatakan merupakan "Jembatan Emas” yang menyeberangkan manusia kepada pantai perbaikan, peningkatan dan penyempurnaan ibadah kepada Alloh SWT. Sholawat boleh diiharatkan sebagai “Kendaraan Angkasa" yang membawa pembacanya kepada tingkat iman dan taqwa yang lebih tinggi, dan memperbaiki serta menyempurnakan akhlaaqul kariimah atau pekerti luhur.

Maka oleh karena itu membaca sholawat kepada Kanjeng Nabi SAW termasuk sarana batiniah yang penting didalam mewujudkan masyarakat toto tentrem, adil makmur, bahagia lahir batin didunia dan diakhirat yang diridhoi Alloh SWT, oleh karena dengan meningkatkan iman dan taqwa maka akan muncul berbagai macam barokah yang memberi manfaat yang luas kepada semua makhluq. Sebagaimana firman Alloh SWT dalam surat al-A'rof ayat : 96

 "Dan sekiranya ahli desa (negara) benar-benar iman dan taqwa, pasti Kami bukakan bagi mereka bermacam-macam barokah dari langit dan bumi (dari arah yang tidak dapat diperhittungkan). Akan tetapi (sayangnya) mereka membohongkan (tidak konsekuen), maka KAMI ambil tindakan tegas mereka disebabkan karena perbuatan mereka" (7 - al-A'rof : 96).

 

(6) Didalam kitab Saadatud Daroini Fis Sholaati Ala Sayyidil Kaunaini SAW diterangkan bahwa diantara faedah sholawat yang besar adalah terbayangnya hati si pembaca kepada Rosululloh SAW.

 

      "Sebagian dari faedah membaca sholawat yang paling agung adalah tercetaknya shuroh (gambar pribadi) Rosuululloh SAW didalam hati si pembaca sholawat" (Sa'adaatud Daaroini : 506).

 

Dalam bahasa Jawa “tansah keton-ketonen” Kanjeng Nabi SAW = hati selalu terbayang kepada Kanjeng Nabi SAW. AIhamdulillah diantara para pengamal Wahidiyah banyak yang memperoleh pengalaman seperti itu.

Hubungan dengan hal tersebut, didalam Wahidiyah sering diserukan supaya melatih hati dengan ISTIHDLOR, yakni "merasa berada dihadapan Rosululloh SAW", baik ketika membaca sholawat, maupun di luar membaca sholawat. Atau merasa seolah-olah seperti mengikuti Rosululloh SAW dimanapun kita berada. Dengan terus-menerus membaca "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH”, alhamdulillah dikarunia dapat febih mudah mengetrapkan istihdhor seperti itu.

Orang yang hatinya senantiasa istihdhor seperti itu dengan sendirinya tidak berani melakukan soal-soal atau perbuatan yang dilarang oleh agama. Tidak berani melanggar larangan-larangan Alloh dan Rosul-NYA SAW. Tidak berani melakukan perbuatanperbuatan yang merugikan, baik merugikan diri sendiri lebih-lebih merugikan orang lain. Senantiasa berhati-hati didalam segala hal dan tingkah laku. Takut kalau-kalau tidak diridhoi Alloh wa Rosuulihi SAW. Dengan kondisi batiniyah seperti itu ia akan selalu mendapat Pancaran Nur ke-Nabi-an atau Nuur Nubuwwatihi SAW. Makin kuat dan makin mendalam istildhor-nya, makin banyak bertambah-tambah pula pancaran Nur ke-Nabi-an menyinari hatinya dan menembus kepada budi pekerti melahirkan akhlaqul karimah yang sempurna. Otomatis kondisi batiniyah seperti itu menjadikan orang yang bersangkutan senantiasa ber-takholluq (berbudi pekerti) seperti budi pekerti Alloh wa Rosuulihi SAW.

Semoga Alloh menjadikan kita dan mereka termasuk golongan orang-orang seperti diatas !. Amiin !.

Hidup dan kehidupan orang yang seperti diatas sudah barang tentu akan memberi manfaat kepada dirinya sendiri dan keluarganya, membuahkan bagi orang lain, bagi masyarakat, bangsa dan negaranya, bahkan bagi makhluq – makhluq pada umumnya.

 Dengan senantiasa "ISTIHDHOR” kepada Kanjeng Nabi SAW seperti diatas, orang akan benar-benar bisa menempati “HAQIIQOTUL MUTAABA’AH", yaitu hakikatnya mengikuti yang sesempurna-sempurnanya. Mengikuti dalam arti yang seluas-luasnya dan selengkap-lengkapnya. Mengikuti tingkah laku orang yang diikuti, kemudian meniru akhlaqnya, meniru perangainya. meniru cara-caranya berbuat dan bertindak, melakukan apa yang disukai dan yang diikuti, dan menjauhi apa-apa yang tidak disukai lebih-lebih yang dilarang oleh orang yang diikuti. Tidak berbeda dengan keadaan orang yang sedang dimabuk cinta atau mahabah yang mendalam. Kemanapun dan dimanapun ia berada selalu ingat dan terbayang kepada orang yang dicintai. Sampai-sampai ucapannya, tingkah lakunya, gerak-geriknya meniru ucapan, tingkah laku dan gerak-gerik orang yang dicintai. Dia selalu terbayang atau "istihdhor" kepada orang yang dicintai. Tepat sekali apa yang diterangkan didalam kitab Tagriibul Ushul hal. 55 atau kitab Sa’aadatud Daaroini hal. 35 sebagai berikut :

 

“Berkata Imam Syadzali rodhiyallooh `anhu : "aku melihat Rosululloh SAW. kemudian aku bertanya : Yaa Rosuulalloh, apakah haggiigotul mulaaba'ah (hakikat mengikuti) itu, Rosululloh me-njawab : "Ru'yatul matbu' inda kulli syai-in wa ma'a kulli syaiin wa fii kulli syai-in" = melihat yang diikuti berada disamping segala sesuatu, bersama segala sesuatu dan didalam segala sesuatu yang dimaksud". (Dan yang dimaksud adalah ruyah syuhud melihat secara pandangan batin).

Maka jika benar-benar haqqul yakin mengikuti Rosululloh SAW. seharusnya bisa melihat Beliau SAW. dimana saia dan kapan saja. Istilah yang lebih ringan "terbayang" atau “ingat".

 Melihat disini, dengan mata hati atau disebut "bashiroh". Akan tetapi juga mungkin dengan mata lahir apabila kondisi batiniyahnya cukup kuat. Sudah barang tentu tidak sembarang hati yang dikaruniai bashiroh seperti itu. Hanya hati yang bersih dan jernih saja yang mempunyai bashiroh. Makin bersih, makin jernih dan makin suci, makin tajam dan makin kuat pula bashirohnya sehingga bisa menembus pada penglihatan mata lahir. Dikatakan juga "Mukasyafah", melihat Rosululloh SAW. “yaqodhotan” = dalam keadaan jaga (bahasa Jawa melek-melekan). Mengenai bertemu Rosululloh SAW. ini insya Alloh akan dibahas dibelakang.

Orang yang mengikuti apabila tidak bisa melihat kepada yang diikuti besar kemungkinan mengalami kebingungan bahkan bisa tersesat jalan terpisah dari yang diikuti tidak merasa. Mari kita koreksi diri kita masing-masing selama ini yang mengaku pengikut Rosululloh SAW atau sebagai umat Muhammad SAW. Jangan-jangan telah tersesat tidak merasa.  Na'uudzu billah min dzaalik !. lbarat sholat berjama'ah, kita para umat adalah makmum, dan Rosululloh SAW. imamnya. Apabila makmum tidak mengikuti gerakan imam menjadi batal makmumnya. Batalnya makmum di dalam sholat bisa diqodho' pada kesempatan lain. Akan tetapi batalnya makmum kepada Rosululloh SAW bisa membawa akibat fatal, menjadi batal Iman Islam kita !. Nau'uudzu Billah. Oleh karena itu, mari kita senantiasa koreksi diri bagaimana hubungan bathin kita terhadap Rosululloh SAW'.

AL FAATIHAH

YAA SYAAFI’ AL KHOLQISH SHOLAATU WASSALAAM

YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH

AL FAATI HAH !

 

Syekh Abul Abbas al-Mursyi mengatakan sebagaimana dimuat di dalam kitab Tagriihul Ushul hal. 55 dan kitab Sa'aadatud Daaroini hal. 440 sebagai berikut :

 "Seandainya aku terhijab (tidak melihat atau mengingat) dari Rosululloh SAW sekejap mata saja, aku tidak berani menghitung diriku dari golongannya kaum Muslimin". (Taqriibul Ushul : 55, dan Sa'aadatud Daaroini " 44)

Demikian tebal dan kuatnya iman seseorang yang hatinya senantiasa dipancari oleh "Nur Cahaya Kebenaran" atau "Nuuru Nubuwwatihi SAW". Tidak tanggung-tanggung mengoreksi dirinya sendiri. Berani menghukum dirinya dengan jujur.

Sesungguhnya "Nuuru Nubuwwatihi SAW itu tiada putus-putusnya senantiasa menyinari kalbu kaum mukminin dan muslimin terus-menerus. Akan tetapi hanya hati yang bersih, bening dan dilingkari oleh iman yang membaja saja yang bisa melihat dan menyadari terhadap pancaran "Nuuru Nubuwwatihi SAW" yang menyinari kedalam dirinya. Sedangkan hati yang masih kotor. yakni hati yang masih tertutup tebal oleh belenggunya aghyaar (sesuatu selain Alloh), hati yang masih dikotori cleh kabut pedutnya nafsu, hati yang dibelenggu oleh rantai imperialis ananiyah, sekalipun masih ada iman sedikitsedikit akan tetapi tidak dikaruniai “bashiiroh” atau penglihatan batin sehingga tidak menyadari bahwa dirinya adalah hanya sebagai hamba Alloh. sebagai ABDULLOH yang tidak memiliki kemampuan apa-apa. bahwa dirinya adalah sebagai umat Rosululioh SAW, yang senantiasa menerima jasa dan oleh karena itu seharusnya senantiasa sadar dan ingat kepada Rosululloh SAW.

Jadi hati manusia itu ibaratnya seperti kaca cermin (kaca penoilon). Jika kotor tertutup oleh debu tidak bisa dipakai bercermin sebab tidak bisa memantulkan cahaya yang menyinarinya. Baru bisa dipakai bercermin apabila digosok, dibersihkan debu-debu dan kotoran yang menempel. Begitu juga hati manusia apabila kotor, tidak jernih, tidak bisa memantulkan cahaya kebenaran yang memancar kedalam dirinya. Maka dari itu usaha menjernihkan hati harus dilakukan secara terus-menerus. Tidak cukup hanya satu kali. Operasi mental merupakan proses yang harus berkesinambungan, agar supaya hati tetap dalam keadaan jernih dan bersih dari kotoran-kotoran dosa yang dapat terjadi sewaktu-waktu.

Satu-satunya obat pembersih hati yang paling mujarab, paling paten adalah seperti yang disebutkan didalam al-Qur'an yaitu "DZIKRULLOH ingat dan sadar kepada Alloh SWT. Dzikrulloh bukan hanya diucapkan dengan lisan, yang pokok adalah dzikrul qolbi atau ingatnya hati kepada Alloh SWT. Sekalipun lisan terusmenerus mengucapkan Alloh-Alloh, akan tetapi jika hatinya tidak hudhur, tidak bersih hati, melainkan bahkan bisa menjadi makin kotor karena merasa berkemampuan yang umumnya tidak disadari orang sebagai dosa. Padahal justru merupakan dosa besar bahkan dosa paling besar; sebab disitu lalu timbul coup atau pemberontakan terhadap kekuasaan Alloh SWT, mempersekutukan Alloh SWT secara samar-samar yang disebut "SYIRIK KHOFI". Mempersekutukan Alloh SWT dengan dirinya, dengan merasa bahwa dirinya ada dan mempunyai kemampuan. Lupa dan tidak sadar segala sesuatu itu adalah ciptaan dan digerakkan oleh Alloh SWT.

Fungsi dan hikmah sholat adalah dzikrulloh sebagaimana Firman Alloh SWT :

“Sesungguhnya AKU ini adalah Alloh, tidak ada Tuhan selain AKU, maka sembahlah AKU dan dirikanlah sholat untuk mengingat AKU” (20 - Thoha : 14).

Jika hikmah tersebut bisa diperoleh oleh orang yang menjalankan sholat, maka otomatis hatinya menjadi bersih, tenang dan tentram.

 Firman Alloh SWT menjamin hal itu :

 “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Alloh. lngatlah hanya dengan mengingat Alloh lah hati menjadi tentram” (13 - Ar Ro’du : 28).

 "Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan Sesungguhnya mengingat Alloh adalah lebih besar (manfa'atnya)" (29-al-Ankabut: 45).

 Demikianlah jaminan yang diberikan oleh Alloh SWT kepada orang-orang yang menjalankan sholat. Akan tetapi mengapa kenyataannya tidak seperti itu ?. Kita juga sudah aktif menjaiankan sholat akan tetapi mengapa hati kita masih sering bingung, tidak tenang, tidak tentram, tidak mutmainnah. tidak banyak ingat kepada Alloh, dan kita masih sering terjerumus ke dalam perbuatan munkar dan maksiat ?. Jawabnya harus kita cari di dalam diri kita sendiri. Yaitu antara lain sholat kita masih belum benar. Kita melaksanakan sholat belum memenuhi syarat dan adab-adabnya sholat. Adab lahir maupun adab batin. Maka kita tidak bisa memperoleh jaminan yang diberikan oleh Alloh SWT tersebut. Hati kita masih kotor, dikotori oleh kepentingan-kepentingan hawa nafsu. kita tidak merasa. Misalnya, kita melaksanakan sholat tidak denoan niat ikhlas beribadah kepada

 Alloh SWT melainkan ada keinginan-keinginan, ingin pahala, ingin surga, dan lain-lain sehingga nilai ikhlas kita tidak murni.

 Maka oleh karena itu perlu terus usaha meningkatkan dan memperbaiki sholat kita. Dan disamping itu perlu ada kegiatan lain untuk menunjang berhasilnya operasi mental membersihkan dan menjernihkan hati. Antara lain yaitu dengan memperbanyak membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW sudah kita bahas dimuka. Sholawat apa saja, khususnya Sholawat Wahidiyah. Karena Sholawat Wahidiyah memang dikhususkan untuk menjernihkan hati dan ma'rifat sadar kepada Alloh wa Rosuulihi SAW. Singkatnya, jalan pintas untuk memperoleh kejernihan hati untuk menuju sadar ma'rifat kepada Alloh wa Rosuulihi SAW adalah

-       Memperbanyak berdepe-depe taqorrub mendekatkan diri, bertaubat mohon ampunan kepada Alloh SWT.

-          Memperbanyak membaca sholawat kepada Nabi SAW.

-          Memperbanyak tasyafu'an, memohon syafa'at kepada Rosululloh SAW.

-    Memohon bantuan (moril), memohon do'a restu, memohon barokah, karomah, nadhroh Ghoutsu Hadzaz Zaman dan para Auliya' kekasih Alloh SWT Rodhiyalloohu Ta'ala Anhum, agar beliau-beliau berkenan membantu permohonan kita kepada Alloh SWT.